Pengantar
Di zaman sekarang ini,
kita dapat membaca dan mengetahui cerita santo atau santa melalui buku dan
sumber lainnya. Namun, seringkali buku dan sumber lain tersebut tidak
memberikan sesuatu informasi yang secara detail mengenai kehidupan seorang yang
digelarkan kudus. Misalnya: di masa awal Gereja, kita mengenal banyak orang
kudus yang dapat diketahui sejarahnya dan kehidupannya, tetapi ada juga yang
tidak diketahui kisah kehidupannya. Begitu juga dengan Santa Cecilia, walaupun
ia adalah seorang Santa yang terkenal di abad modern ini, namun kisah
kehidupannya yang pasti sangatlah sulit untuk diketahui. Kisah kehidupannya
bagaikan sebuah cerita dongeng atau berupa roman yang belum dapat dipastikan
kebenarannya di zaman modern ini yang lebih mempercayai adanya sebuah fakta.
Karena kesulitan mendapatkan sumber
mengenai kehidupan Santa Cecilia maka hagiografi pada edisi kali ini
dikumpulkan dari berbagai sumber cerita yang berkaitan dengan Santa Cecilia. Ia
merupakan seorang santa besar, namun kisah perjalanan kehidupannya sangatlah
terbatas untuk diketahui.
Riwayat Hidupnya
Memulai untuk mengenal Santa ini, hanyalah
diketahui bahwa Cecilia hidup pada masa awal Gereja. Ia adalah seorang gadis
bangsawan Romawi. Kehidupan sebagai seorang gadis bangsawan dengan gaun-gaun
indah seperti kebanyakan pada zaman itu tidak pernah ada di dalam diri Cecilia.
Ia lebih memilih mengenakan sehelai baju kasar daripada mengenakan gaun-gaun
indah sebagaimana layaknya seorang gadis bangsawan. Tubuhnya yang halus
terbalut oleh baju kasar telah membuatnya menderita dari segala bentuk
penghinaan, namun segala penderitaannya itu dipersembahkan sebagai silih bagi
Sang Pengantin yang telah dipilihnya yaitu Kristus. Di masa mudanya, ia telah mempersembahkan
hidupnya kepada Tuhan dengan seuntai janji kesucian dan kemurnian hati yang
akan diberikan kepada Kristus yang telah dipilihnya sebagai Pengantin seumur
hidupnya.
Sebuah tantangan harus dihadapi oleh
Cecilia yakni ketika sang ayah menikahkannya dengan seorang bangsawan
yang bernama Valerian. Valerian, sang suami yang dipilih oleh ayahnya berbeda
sekali dengan dirinya sebagai seorang kristiani. Valerian adalah seorang
penyembah berhala yang tidak mempercayai adanya Tuhan.
Ketika pesta pernikahan berlangsung dan
semua orang bersuka ria serta menari dalam pesta itu, Cecilia yang cantik duduk
menyendiri. Di dalam hatinya, ia melambungkan mazmur kepada Tuhan dan berdoa
memohon pertolongan-Nya. Ia tidak mau mengingkari janjinya kepada Pengantin Surgawinya.
Di saat Cecilia dan Valerian suaminya
tinggal berdua, ia memberanikan diri untuk berkata kepada Valerian: “Aku
mempunyai suatu rahasia yang hendak kukatakan kepadamu. Ketahuilah bahwa aku
mempunyai seorang malaikat Allah yang menjagaiku. Jika kamu menyentuh aku di
dalam perkawinan ini, malaikatku akan marah dan kamu akan menderita. Jika
engkau memperkenankan aku memegang janjiku untuk menjadi pengantin Kristus saja
maka malaikatku akan mengasihimu seperti ia mengasihiku.”
Meskipun Valerian seorang kafir, tetapi hatinya sangatlah lembut. Mendengar perkataan istrinya itu, Valerian mengatakan: “Tunjukkanlah kepadaku malaikatmu. Jika ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kemudian Cecilia menjawab, “Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar serta menerima air pembaptisan maka engkau akan melihat malaikatku.”
Pada akhirnya, Valerian terkesan oleh iman kekristenan yang telah dimiliki Cecilia, isterinya. Segera Valerian pergi menemui Uskup Urban yang menerimanya dengan gembira. Setelah Valerian mengucapkan pengakuan iman Kristiani, ia pun dibaptis dan sesudahnya kembali menemui Cecilia. Di samping isterinya, Valerian dapat melihat malaikat yang menakjubkan.
Meskipun Valerian seorang kafir, tetapi hatinya sangatlah lembut. Mendengar perkataan istrinya itu, Valerian mengatakan: “Tunjukkanlah kepadaku malaikatmu. Jika ia datang dari Tuhan, aku akan mengabulkan permintaanmu.” Kemudian Cecilia menjawab, “Jika engkau percaya akan Allah yang satu dan benar serta menerima air pembaptisan maka engkau akan melihat malaikatku.”
Pada akhirnya, Valerian terkesan oleh iman kekristenan yang telah dimiliki Cecilia, isterinya. Segera Valerian pergi menemui Uskup Urban yang menerimanya dengan gembira. Setelah Valerian mengucapkan pengakuan iman Kristiani, ia pun dibaptis dan sesudahnya kembali menemui Cecilia. Di samping isterinya, Valerian dapat melihat malaikat yang menakjubkan.
Malaikat itu berbicara kepadanya: “Aku
mempunyai suatu mahkota bunga untuk kalian masing-masing yang dikirim dari
surga. Jika kalian tetap setia kepada Tuhan maka ia akan memberikan penghargaan
dengan wangi semerbak surga abadi yang kekal.” Kemudian malaikat itu memahkotai
Cecilia dengan bunga mawar dan Valerian dengan suatu rangkaian bunga bakung
berbentuk lingkaran. Keharuman aroma bunga yang semerbak mengisi keseluruhan
rumah mereka.
Kejadian tersebut disaksikan juga oleh Tiburtius saudara Valerian yang pada saat itu tinggal bersama mereka. Malaikat itu menawarkan pula keselamatan kepada Tiburtius apabila ia mau meninggalkan segala bentuk pemujaan palsu yang dianutnya. Akhirnya, Tiburtius pun belajar iman Kristiani dari Cecilia. Kepada Tiburtius, Santa Cecilia mengisahkan Yesus dengan begitu indahnya sehingga tidak lama kemudian Tiburtius pun dibaptis.
Kejadian tersebut disaksikan juga oleh Tiburtius saudara Valerian yang pada saat itu tinggal bersama mereka. Malaikat itu menawarkan pula keselamatan kepada Tiburtius apabila ia mau meninggalkan segala bentuk pemujaan palsu yang dianutnya. Akhirnya, Tiburtius pun belajar iman Kristiani dari Cecilia. Kepada Tiburtius, Santa Cecilia mengisahkan Yesus dengan begitu indahnya sehingga tidak lama kemudian Tiburtius pun dibaptis.
Perjalanan Kemartiran
Pada zaman itu, kekristenan masih dilarang
di Roma, tetapi kedua kakak beradik ini (Valerian dan Tiburtius) banyak
melakukan perbuatan amal kasih yang mencerminkan kekristenan. Akibat
kepercayaan barunya kepada Kristus, kakak beradik ini ditangkap dan disiksa
oleh seorang bernama Almachius yang memerintah pada saat itu. Namun, mereka
tidak gentar sedikit pun ketika hukuman mati akan diberikan kepada mereka.
Mereka tetap memilih iman kepercayaan barunya meskipun Almachius menawarkan
akan membebaskan mereka jika mereka kembali menyembah kepada dewa-dewa.
Dengan gembira Valerian menolak dan pada akhirnya diserahkan untuk dicambuk.
Bersama dengan mereka, ada seorang yang bernama Maximus yang memproklamirkan
dirinya sebagai pengikut Kristus. Pada akhirnya, ketiganya dihukum pancung
sekitar empat mil jauhnya dari Roma oleh Pagus Triopius.
Cecilia menyaksikan kematian ketiga orang
itu. Dia menyaksikan kematian orang-orang yang dikasihinya dan kepada Tiburtius
dia berkata: “Hari ini aku menyambut engkau saudaraku karena cinta Tuhan telah
membuat engkau menolak berhala.” Cecilia menguburkan mereka pada
Katakombe Praetextatus.
Setelah kejadian itu, Cecilia mengubah
tempat tinggalnya menjadi tempat beribadat. Banyak orang-orang kafir yang
akhirnya menjadi murid Kristus. Ketika Paus Urban berkunjung ke rumahnya, ia
membaptis 400 orang yang pada mulanya adalah orang-orang kafir. Karena
peristiwa ini maka Cecilia harus berhadapan dengan Almachius dan dia mengalami
hal sama seperti yang dialami oleh suaminya Valerian, Tiburtius, dan Maximus.
Cecilia menerima penyiksaan di dalam rumahnya sendiri: Cecilia dibakar dalam
kobaran api namun api itu tidak menghanguskannya. Akhirnya, seseorang
ditugaskan untuk memenggal kepalanya. Ia menebaskan pedangnya tiga kali ke
leher Cecilia, Seketika itu juga Cecilia langsung rebah, tetapi ia tidak
langsung meninggal. Selama tiga hari, ia tergeletak di lantai rumahnya sendiri
dan tidak mampu bergerak. Ia meninggal dalam posisi mengacungkan tiga jari
dengan tangannya yang satu dan satu jari di tangannya yang lain. Hal ini dapat
dikatakan bahwa di saat kematiannya, Cecilia masih menyatakan imannya kepada
Allah Tritunggal Mahakudus.
Martyrologium Hieronymianum
Martyrologium Hieronymianum
Permasalahan pemberian gelar martir juga
dialami oleh Santa Cecilia. Pada awalnya Santa Cecilia tidaklah termasuk dalam
seorang yang dapat digelarkan sebagai seorang martir. Pandangan Agustinus dan
Tertullian yang ada pada saat itu mengatakan bahwa Valerian dan Tiburtius merupakan
seorang martir yang sejati, sementara Santa Cecilia terlepas dari mereka.
Mengapa dikatakan demikian? Ada anggapan yang mengatakan bahwa penyiksaan yang
dialami Santa Cecilia tidak banyak diketahui dan tidak ada bukti yang kuat
serta kemartiran Santa Cecilia terjadi dalam tempat tinggalnya sendiri. Hal ini
mempersulit penggelaran Santa Cecilia.
Pada tahun 488 seorang pengungsi dari
Afrika yang tidak diketahui namanya datang ke kota Roma. Ia memperdebatkan
pandangan Agustinus dan Tertullian yang keliru itu. Maka Martyrologium
Hieronymainum pada tahun 545, telah mengakui Santa Cecilia sebagai martir,
meskipun tidak mempunyai informasi historis yang tepat. Yang diketahui
adalah Santa Cecilia merupakan seorang martir yang membela iman kekristenannya
yang tidak akan tergoyahkan walaupun dengan mengorbankan nyawanya sendiri
sekalipun.
Relikwi St. Cecilia
Menurut cerita, tubuh dari St. Cecilia
dikuburkan dalam Katakombe St. Callistus. Sekitar tahun 757 tubuh St. Cecilia
dipindahkan dari Katakombe St. Callistus oleh Lombard ke Katakombe
Praetextatus. Di Katakombe Praetextatus juga telah dikubur Valerian dan
Tiburtius. Pemindahan ini dilakukan untuk menghindari pencurian tubuh dari St.
Cecilia. Kira-kira tahun 817 – 824, Paus St. Paschal I memindahkan tubuh St.
Cecilia beserta Valerian, Tiburtius dan Maximus dan seluruh barang
peninggalannya ke gereja Trastevere Roma dan diletakkan pada sebuah altar
gereja tersebut. Gereja ini terkenal dengan nama Gereja St. Cecilia,
Trastevere. Di dalam gereja ini kita juga dapat melihat sebuah mosaik yang
dibuat pada zaman Paus St. Paschal I dan St. Cecilia dilukiskan sebagai seorang
wanita kaya.
Pada tahun 1599, ketika Kardinal Sfondrati
hendak memperbaiki gereja itu, ia menemukan ke-empat relikwi itu. Ketika peti
kuburan tempat dimana St. Cecilia dikubur dibuka, ia melihat bahwa tubuh St.
Cecilia masih utuh. Banyak orang yang melihatnya dan mereka diberkati serta
memperoleh banyak mukjizat.
Akhirnya, Carlo Maderna melukiskan tentang
kemartiran dari St. Cecilia melalui sebuah patung terbuat dari pualam indah.
Patung ini diletakkan pada altar gereja St. Cecilia di Trastevere untuk
mengenang kemartiran yang telah dilakukannya. Ekspresi dari kemartiran St.
Cecilia yakni: “Seorang martir yang bermandikan oleh darah miliknya sendiri
yang akhirnya terbunuh oleh sebuah pedang yang takkan pernah dapat mengantikan
kepercayaan yang dianutnya.” Di dalam Katakombe St. Callistus kita juga dapat
melihat duplikat dari patung pualam indah Maderna ini.
St. Cecilia dalam Karya Literatur dan Seni
Kira-kira pada abad ke-5, kehadiran St.
Cecilia dalam karya seni dan literatur mulai muncul. Semuanya ini disebabkan
karena banyaknya para peziarah yang berdatangan ke kuburannya untuk melihat
barang-barang peninggalan dari santa ini. Hal ini dapat dibuktikan berupa
banyaknya mosaik, lukisan dinding dan miniatur.
Semakin hari St. Cecilia semakin dikenal
orang melalui karya-karya seni yang dilukiskan oleh para peziarah itu. Sekitar
abad ke-15, Santa ini mulai dilukiskan dalam ekspresi wajahnya yang mengumandangkan
kidung mazmur pada saat pernikahannya sedang berlangsung. Tangannya dilukiskan
sedang berada pada alat musik dan sedang bernyanyi sebagai pujian kepada Allah.
Inilah ekspresi yang dilukiskan pada saat pernikahannya, ketika St. Cecilia
mengumandangkan mazmur di dalam hatinya kepada Allah di hari pernikahannya:
"cantantibus organis illa in corde suo soi domino decantabat." Ada
sebuah lukisan modern yang cukup terkenal yang dilukis oleh Raphael mengenai
St. Cecilia yang sekarang dapat ditemukan dalam gereja San Giovanni dekat
Bologna. Lukisan ini menggambarkan, “St. Cecilia berdiri di tengah-tengah
dengan jubah mewah berwarna keemas-emasan, dengan rambut panjangnya terurai.
Tangannya terletak pada sebuah organ kecil, dengan ekspresi wajahnya memandang
ke atas bagaikan mendengarkan suara paduan sekelompok para malaikat yang sedang
bernyanyi. Dan kakinya pun mengikuti irama nyanyian para malaikat itu … Di
sebelah kanan St. Cecilia berdiri St. Paulus … di sebelah kiri dihadapannya
berdiri St. Magdalena … dan dibelakangnya St. Agustinus.” Oleh karena itu, St.
Cecilia dikenal dan diangkat sebagai orang kudus pelindung musik gereja
dan para musisi.
Karya seni lainnya yang tidak kalah
menariknya adalah pahatan yang digambarkan ketika St. Cecilia berbaring dalam
peti matinya dengan tangan yang mengekspresikan Allah Tritunggal yang
Mahakudus. Pahatan ini dibuat ketika Kardinal Sfondrati menemukan bagaimana
tubuh dari St. Cecilia ini ditemukan dalam peti matinya yang tak hancur walau
sudah dikubur bertahun-tahun lamanya. (Jameson 347)
Teladan Hidupnya
Teladan Hidupnya
Oleh seluruh Gereja, pestanya dirayakan
setiap tanggal 22 November. Walaupun tidak mempunyai bukti yang tepat,
namun St. Cecilia pantas dihormati dan diakui sebagai martir karena teladan dan
contoh imannya yang tidak segan-segan bersedia untuk mati dan menjadi saksi
mempelai Ilahinya yakni:
- Di tengah pesta pernikahannya, ia berseru kepada Tuhan di dalam hatinya, “O Tuhan biarkan hati dan tubuhku tetap murni dan aku tidak menghianati penyerahanku kepadaMu.”
- Di hari-hari penyiksaan yang dialaminya, ia tetap berdoa dan berpuasa serta bergantung sepenuhnya kepada perlindungan Tuhan menjelang hari-hari kematiannya.
- Membawa banyak orang penyembah berhala untuk menjadi seorang kristiani termasuk suaminya sendiri.
- St. Cecilia selamanya tetap membawa Injil di
dalam hatinya dengan siang malam berdoa dan bersatu dengan Tuhan. Hati dan
cintanya telah dinyalakan dan dibakar oleh cinta surgawi.
Sumber:
http://www.carmelia.net/index.php/artikel/riwayat-para-kudus/358-santa-cecilia
No comments:
Post a Comment