Tuesday, May 21, 2013

CERPEN Seribu Perbedaan Satu Keindahan


Seribu Perbedaan Satu keindahan

Dag..dig..dug.. Nyanyian suara jantungku yang menggetarkan badan dengan langkah kaki yang sangat berhati-hati saat melewati koridor-koridor kelas di hari pertamaku sekolah menengah atas ini. Ku tengok sedikit ke dalam salah satu kelas yang akan menjadi kelasku dengan penuh hati-hati, dan yapp.. Hanya tersisa satu kursi yang terletak paling depan dan paling dekat dengan meja guru.
Bruk!!!
Semua mata memandang ke arahku karena kurasa mereka seperti mendengar suatu gebrakan dengan nada yang menantang, padahal itu suara tasku yang kutaruh terlalu keras ke meja.
“Ayo semuanya keluar kelas dan berbaris rapi di lapangan untuk upacara, dan jangan lupa pakai topinya!” teriak seorang guru perempuan yang tengah berdiri di depan pintu kelas.
Aku masih terdiam di kursi sambil mengamati kerumuman anak-anak kelas yang sedang antri untuk bersalaman dengan si guru itu.
“Selamat pagi, bu.” ucapku dengan nada sedikit grogi dan cara bersalaman yang aku ikuti dari pengamatanku sebelumnya dengan sangat kaku. Yap.. Sebelumnya aku hanya bersalaman dengan guru-guru ya hanya sebatas jabat tangan saja, tidak sampai kuangkat tangannya seperti yang dilakukan anak-anak disini.
“Hai.” sapa seorang cewek yang tepat duduk dibelangkangku.
“Iya hai.” sapaku balik.
“Namamu siapa?
“Namaku Chelsea, kamu?” ku jawab sapaan-sapaannya, karena dialah orang pertama yang mengajakku ngobrol di kelas ini.
“Aku Bea, rumahmu dimana, Chel?”
“Rumahku di daerah Kemayoran, kalau kamu?”
“Loh? Sama dong, aku juga di daerah sana, ayo kapan-kapan kita bisa main bareng”
“Oh ya? Ayo-ayo” ku jawab dengan nada terburu-buru karena guru sudah masuk ke kelas.
   Teeeeetttt....
Suara bel tanda pulang sekolah berbunyi dan bergegaslah anak-anak di kelas untuk segera pulang.
“Eh kamu bawa sepeda?” tanyaku sok kenal kepada seorang cewek di kelas.
“Bawa kok, kamu bawa? Ayo bareng kesananya.”
“Iya aku juga bawa, ayo kita ke depan” jawabku dengan nada girang karena kupikir di hari pertamaku ini aku tidak merasa sendiri.
“Loh? Ngapain ke depan? Sepedanya di belakang kan?”
Dengan perasaan kaget kujawab, “Kok dibelakang? Sepedaku ada di depan?”
Lalu dia menjelaskan bahwa yang parkir di depan adalah khusus untuk anak-anak kelas 3, yang kelas 1 dan 2 parkir dibelakang. Dan langsung hati yang tadinya girang menjadi sangat takut karena aku akan mengambil sepeda di daerah kakak-kakak kelas 3 yang sama sekali tidak ada yang kukenal, bahkan sekilas jika kulihat mereka, mereka sepertinya tidak begitu memperlihatkan kakak kelas yang ramah.
  Brakk.. Brekk.. Brukk..
Ku lempar tas ransel di kasur, ku lepas sepatu, dan ku ganti baju lalu kuhempaskan badanku ke kasur yang sedang menunggu kepulanganku untuk ku tiduri.
  “Hari pertama ku sekolah di sekolah negeri ini telah usai, dan aku masih merasa asing dengan semua ini” ucapku sambil merenung.
Lalu mulai kuambil sebuah buku dan kutulis tentang hal-hal yang sedang mengganjal dalam pikiranku saat ini dan seakan buku itu ialah seorang teman yang sedang mendengar celotehan-celotehanku yang hanya diam tanpa bisa memberiku komentar, yaaaa mungkin lebih baik memang tidak ada yang berkomentar tentang hal ini..
Haiiii... Namaku Chelsea, dan hari ini adalah hari pertamaku sekolah di sekolah negeri dan semua serba baruu.. Dari TK sampai SMP aku sudah merasakan bagaimana sekolah di sekolah swasta dengan teman-teman yang sudah kukenal sejak TK, tugas-tugas yang menumpuk, hari-hari yang selalu melelahkan di sekolah, menjadi orang sibuk kesana kemari, banyak yang mengenaliku dari adik-adik kelas hingga kakak-kakak kelas, bahkan guru-gurunya juga, dan kini..... Satu pun orang tidak ada yang tau tentang diriku kecuali diriku sendiri dan teman-teman lamaku. Inilah awal dimana aku seperti terlahir kembali di dunia asing, dengan suasana lingkungan yang berbeda dan orang-orang yang berbeda. Banyak dari sanak saudara dan teman-teman yang selalu menasihatiku hingga aku merasa takut akan hal ini, yakni hati-hati tentang pergaulan di lingkungan baru itu, harus menghargai sesama dan jangan pamer karena disana kamu masih belum kenal siapa-siapa. Selalu kuingat kata-kata itu dan akan kuterapkan. Well.. Hari pertama ini aku merasa cukup puas, karena tidak ada tanda-tanda negatif dari perilaku orang-orang di sekolah ini, semua yang aku takutkan tentang orang-orang yang bersekolah negeri ini urakan atau pun nakal-nakal itu tidak semuanya benar, jika kita sudah mengenalnya, mereka semua juga baik-baik, mereka tidak mempermasalahkan memiliki teman sepertiku yang beda agama, kita semua saling menghormati dan saling menghargai, dan aku suka itu, karena perbedaan itu indah.
Hari-hari ku bersekolah di sekolah negeri berjalan dengan baik, dari hari ke hari aku menambah kenalan teman baruku, mulai dari akrab dengan teman sekelas, berkenalan dengan teman beda kelas, bahkan ke kakak kelas yang ternyata juga baik-baik.
  “Eh, hati-hati dengan kakak kelas kita yang namanya Sita, karena dia itu seram banget orangnya, kalau bermasalah dengan dia, habis lah kalian.” tiba-tiba ku teringat kalimat itu yang dulu teman-temanku bicarakan. Hingga tiap kali kak Sita lewat, aku merasa sangat takut. Dan ternyata... Aku dan dia satu ekskul, dia ternyata orangnya baik sama adik kelas, rame, seru, dan lucu, meskipun masih terlihat seram. Dan aku senang bisa kenal dengan dia untuk menambah daftar temanku. Dan satu hal yang aku dapat dari hal ini adalah bahwa aku nggak boleh berpikir negatif sama orang yang belum kita kenal, kenali dulu baru deh kita komentar.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Teman-teman di kelas banyak yang baru jadian, ada yang putus cinta, dan berantem dengan pacarnya. Tapi juga banyak yang jomblo, termasuk aku. Di sekolah ini kayaknya status antara jomblo dan punya pasangan itu dipermasalahkan. Hmmmm.
“Eh Chel, sapa pacarmu sekarang?” Tanya Stella agak bercanda kepadaku.
“Aku gak punya pacar, kenapa emang?” Jawabku.
“Hahahaha gak laku kamu yaa” Sindir Stella dengan nada yang masih bercanda.
“Ngecee haha” Jawabku dengan bercanda meskipun perasaan di hati agak kesal.
“Masa aku gak laku? Buktinya beberapa bulan lalu ada yang pernah nembak aku tapi kutolak karena aku memang suka sama dia sebagai teman saja, gak lebih. Rasa cinta gak bisa dipaksa kan? Pacaran kan bukan mengenai kepameran karena laku tidaknya, tapi tentang perasaan.” pikirku dalam hati sambil menenangkan perasaanku.
Tiba-tiba kuingat teman-teman lamaku yang tidak pernah mempermasalahkan masalah pacaran atau tidak. Yang pacaran tidak pernah pamer-pamer dan mereka tetap bisa enjoy bermain dengan teman-teman lain tanpa ada kata-kata galau yang sering diucap teman-teman baru ku sekarang, “karena hidup itu yang penting ‘happy’ kan.” tegasku berkata pada diriku sendiri.  Dan yang menjadi motivasi diriku untuk hidup adalah kalimat “enjoy your life”, yapp.. kalimat itu membuatku untuk menikmati hidup ini, karena hidup ini hanya satu kali kan, ngga semua yang pacaran bahagia kok, ngga semua loh yaa, ada yang sering galau. Semua hal itu terkadang membuatku kangen akan teman-teman lamaku, sungguh berbeda suasana sekarang dan dulu.
“Besok UAS!” teriakku di kamar ku sambil bergegas mengambil buku untuk ku pelajari.
Hari-hari uas pertamaku di sekolah negeri berasa begitu cepat kalau sudah hari terakhir. Hehehe dan.. “Oh mennnn” batinku dalam hati. Disini kenapa gampang banget buat nyonteknya? *oopps hehee. Beda banget sama sekolah dulu. Boro-boro nyontek, ngelirik aja udah disuruh out! Rasanya santai banget sekolah di sekolah ini, gak pernah aku rasakan sebelumnya, dan itu membuatku semakin malas. Yes,  now, i’m lazy and i know it. Tapi mutu soal-soal di sekolah ini juga top, membuat otak berpikir berkali-kali lipat, keren. Dan hal itu membuatku tertantang itu menjadi lebih giat belajar.
Well.. Masa-masa di kelas 10 ini sudah hampir usai, dan dengan seiringnya berjalannya waktu, meskipun terkadang agak iri dengan teman-teman yang berpacaran disana-sini, tapi aku tetap santai, karena aku percaya aku juga pasti akan mengalami hal itu di masa remajaku ini. Dan hal itu benar, sekarang aku lagi dekat dengan seorang cowok, dan entah mengapa aku merasa semangat ketika membalas sms-sms darinya. Dan aku menikmati hari-hariku ini. Semoga saja apa yang orang-orang bilang bahwa “masa-masa SMA adalah masa yang paling indah” itu benar-benar terjadi padaku, karena aku belum merasakan hal itu saat ini, malah aku berpikir bahwa masa-masa SMA ku akan buruk di sekolah ini karena aku melihat teman-temanku yang bersekolah di sekolah SMA swasta (mantan calon sekolahku) begitu senangnya akan acara-acara yang diadakan disana, tapi aku tetap optimis dan positif thinking bahwa aku juga akan bisa merasa bahagia dengan segala teman-teman baruku disini meskipun suasana yang aku rasakan hingga saat ini masih belum bisa sebahagia dulu, tapi aku yakin bahwa nanti akan menjadi sangat indah, dan hingga aku bisa meyakinkan kepada diriku bahwa aku ngga menyesal masuk sekolah ini, karena sekolah negeri ini juga mengasyikan dan orang-orangnya pun baik-baik, tidak seperti yang teman-teman lamaku bilang, karena mereka mungkin berkata begitu karena belum mengenal orang-orang yang bersekolah di negeri. Dan aku merasa senang bisa memiliki teman-teman baru seperti mereka.

No comments:

Post a Comment