Seribu
Perbedaan Satu keindahan
Dag..dig..dug..
Nyanyian suara jantungku yang menggetarkan badan dengan langkah kaki yang
sangat berhati-hati saat melewati koridor-koridor kelas di hari pertamaku
sekolah menengah atas ini. Ku tengok sedikit ke dalam salah satu kelas yang
akan menjadi kelasku dengan penuh hati-hati, dan yapp.. Hanya tersisa satu
kursi yang terletak paling depan dan paling dekat dengan meja guru.
Bruk!!!
Semua mata memandang ke
arahku karena kurasa mereka seperti mendengar suatu gebrakan dengan nada yang
menantang, padahal itu suara tasku yang kutaruh terlalu keras ke meja.
“Ayo semuanya keluar
kelas dan berbaris rapi di lapangan untuk upacara, dan jangan lupa pakai
topinya!” teriak seorang guru perempuan yang tengah berdiri di depan pintu
kelas.
Aku masih terdiam di
kursi sambil mengamati kerumuman anak-anak kelas yang sedang antri untuk
bersalaman dengan si guru itu.
“Selamat pagi, bu.” ucapku
dengan nada sedikit grogi dan cara bersalaman yang aku ikuti dari pengamatanku
sebelumnya dengan sangat kaku. Yap.. Sebelumnya aku hanya bersalaman dengan
guru-guru ya hanya sebatas jabat tangan saja, tidak sampai kuangkat tangannya
seperti yang dilakukan anak-anak disini.
“Hai.” sapa seorang
cewek yang tepat duduk dibelangkangku.
“Iya hai.” sapaku balik.
“Namamu siapa?
“Namaku Chelsea, kamu?”
ku jawab sapaan-sapaannya, karena dialah orang pertama yang mengajakku ngobrol
di kelas ini.
“Aku Bea, rumahmu
dimana, Chel?”
“Rumahku di daerah
Kemayoran, kalau kamu?”
“Loh? Sama dong, aku
juga di daerah sana, ayo kapan-kapan kita bisa main bareng”
“Oh ya? Ayo-ayo” ku
jawab dengan nada terburu-buru karena guru sudah masuk ke kelas.
Teeeeetttt....
Suara bel tanda pulang
sekolah berbunyi dan bergegaslah anak-anak di kelas untuk segera pulang.
“Eh kamu bawa sepeda?”
tanyaku sok kenal kepada seorang cewek di kelas.
“Bawa kok, kamu bawa?
Ayo bareng kesananya.”
“Iya aku juga bawa, ayo
kita ke depan” jawabku dengan nada girang karena kupikir di hari pertamaku ini
aku tidak merasa sendiri.
“Loh? Ngapain ke depan?
Sepedanya di belakang kan?”
Dengan perasaan kaget kujawab, “Kok dibelakang?
Sepedaku ada di depan?”
Lalu dia menjelaskan
bahwa yang parkir di depan adalah khusus untuk anak-anak kelas 3, yang kelas 1
dan 2 parkir dibelakang. Dan langsung hati yang tadinya girang menjadi sangat
takut karena aku akan mengambil sepeda di daerah kakak-kakak kelas 3 yang sama
sekali tidak ada yang kukenal, bahkan sekilas jika kulihat mereka, mereka
sepertinya tidak begitu memperlihatkan kakak kelas yang ramah.
Brakk..
Brekk.. Brukk..
Ku lempar tas ransel di
kasur, ku lepas sepatu, dan ku ganti baju lalu kuhempaskan badanku ke kasur yang
sedang menunggu kepulanganku untuk ku tiduri.
“Hari pertama ku sekolah di sekolah negeri
ini telah usai, dan aku masih merasa asing dengan semua ini” ucapku sambil
merenung.
Lalu
mulai kuambil sebuah buku dan kutulis tentang hal-hal yang sedang mengganjal
dalam pikiranku saat ini dan seakan buku itu ialah seorang teman yang sedang
mendengar celotehan-celotehanku yang hanya diam tanpa bisa memberiku komentar,
yaaaa mungkin lebih baik memang tidak ada yang berkomentar tentang hal ini..
Haiiii...
Namaku Chelsea, dan hari ini adalah hari pertamaku sekolah di sekolah negeri
dan semua serba baruu.. Dari TK sampai SMP aku sudah merasakan bagaimana
sekolah di sekolah swasta dengan teman-teman yang sudah kukenal sejak TK,
tugas-tugas yang menumpuk, hari-hari yang selalu melelahkan di sekolah, menjadi
orang sibuk kesana kemari, banyak yang mengenaliku dari adik-adik kelas hingga
kakak-kakak kelas, bahkan guru-gurunya juga, dan kini..... Satu pun orang tidak
ada yang tau tentang diriku kecuali diriku sendiri dan teman-teman lamaku.
Inilah awal dimana aku seperti terlahir kembali di dunia asing, dengan suasana
lingkungan yang berbeda dan orang-orang yang berbeda. Banyak dari sanak saudara
dan teman-teman yang selalu menasihatiku hingga aku merasa takut akan hal ini,
yakni hati-hati tentang pergaulan di lingkungan baru itu, harus menghargai
sesama dan jangan pamer karena disana kamu masih belum kenal siapa-siapa. Selalu
kuingat kata-kata itu dan akan kuterapkan. Well.. Hari pertama ini aku merasa
cukup puas, karena tidak ada tanda-tanda negatif dari perilaku orang-orang di
sekolah ini, semua yang aku takutkan tentang orang-orang yang bersekolah negeri
ini urakan atau pun nakal-nakal itu tidak semuanya benar, jika kita sudah
mengenalnya, mereka semua juga baik-baik, mereka tidak mempermasalahkan
memiliki teman sepertiku yang beda agama, kita semua saling menghormati dan
saling menghargai, dan aku suka itu, karena perbedaan itu indah.
Hari-hari ku bersekolah
di sekolah negeri berjalan dengan baik, dari hari ke hari aku menambah kenalan
teman baruku, mulai dari akrab dengan teman sekelas, berkenalan dengan teman
beda kelas, bahkan ke kakak kelas yang ternyata juga baik-baik.
“Eh, hati-hati dengan kakak kelas kita yang
namanya Sita, karena dia itu seram banget orangnya, kalau bermasalah dengan
dia, habis lah kalian.” tiba-tiba ku teringat kalimat itu yang dulu
teman-temanku bicarakan. Hingga tiap kali kak Sita lewat, aku merasa sangat
takut. Dan ternyata... Aku dan dia satu ekskul, dia ternyata orangnya baik sama
adik kelas, rame, seru, dan lucu, meskipun masih terlihat seram. Dan aku senang
bisa kenal dengan dia untuk menambah daftar temanku. Dan satu hal yang aku
dapat dari hal ini adalah bahwa aku nggak boleh berpikir negatif sama orang
yang belum kita kenal, kenali dulu baru deh kita komentar.
Hari berganti hari,
minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan. Teman-teman di kelas banyak
yang baru jadian, ada yang putus cinta, dan berantem dengan pacarnya. Tapi juga
banyak yang jomblo, termasuk aku. Di sekolah ini kayaknya status antara jomblo
dan punya pasangan itu dipermasalahkan. Hmmmm.
“Eh Chel, sapa pacarmu
sekarang?” Tanya Stella agak bercanda kepadaku.
“Aku gak punya pacar,
kenapa emang?” Jawabku.
“Hahahaha
gak laku kamu yaa” Sindir Stella dengan nada yang masih bercanda.
“Ngecee haha” Jawabku
dengan bercanda meskipun perasaan di hati agak kesal.
“Masa aku gak laku?
Buktinya beberapa bulan lalu ada yang pernah nembak aku tapi kutolak karena aku
memang suka sama dia sebagai teman saja, gak lebih. Rasa cinta gak bisa dipaksa
kan? Pacaran kan bukan mengenai kepameran karena laku tidaknya, tapi tentang
perasaan.” pikirku dalam hati sambil menenangkan perasaanku.
Tiba-tiba kuingat
teman-teman lamaku yang tidak pernah mempermasalahkan masalah pacaran atau
tidak. Yang pacaran tidak pernah pamer-pamer dan mereka tetap bisa enjoy
bermain dengan teman-teman lain tanpa ada kata-kata galau yang sering diucap
teman-teman baru ku sekarang, “karena hidup itu yang penting ‘happy’ kan.” tegasku
berkata pada diriku sendiri. Dan yang
menjadi motivasi diriku untuk hidup adalah kalimat “enjoy your life”, yapp..
kalimat itu membuatku untuk menikmati hidup ini, karena hidup ini hanya satu
kali kan, ngga semua yang pacaran bahagia kok, ngga semua loh yaa, ada yang sering
galau. Semua hal itu terkadang membuatku kangen akan teman-teman lamaku,
sungguh berbeda suasana sekarang dan dulu.
“Besok UAS!” teriakku di kamar ku sambil bergegas
mengambil buku untuk ku pelajari.
Hari-hari uas pertamaku di sekolah negeri berasa
begitu cepat kalau sudah hari terakhir. Hehehe dan.. “Oh mennnn” batinku dalam
hati. Disini kenapa gampang banget buat nyonteknya? *oopps hehee. Beda banget
sama sekolah dulu. Boro-boro nyontek, ngelirik aja udah disuruh out! Rasanya
santai banget sekolah di sekolah ini, gak pernah aku rasakan sebelumnya, dan
itu membuatku semakin malas. Yes, now,
i’m lazy and i know it. Tapi mutu soal-soal di sekolah ini juga top, membuat
otak berpikir berkali-kali lipat, keren. Dan hal itu membuatku tertantang itu
menjadi lebih giat belajar.
Well.. Masa-masa di
kelas 10 ini sudah hampir usai, dan dengan seiringnya berjalannya waktu,
meskipun terkadang agak iri dengan teman-teman yang berpacaran disana-sini,
tapi aku tetap santai, karena aku percaya aku juga pasti akan mengalami hal itu
di masa remajaku ini. Dan hal itu benar, sekarang aku lagi dekat dengan seorang
cowok, dan entah mengapa aku merasa semangat ketika membalas sms-sms darinya.
Dan aku menikmati hari-hariku ini. Semoga saja apa yang orang-orang bilang
bahwa “masa-masa SMA adalah masa yang paling indah” itu benar-benar terjadi
padaku, karena aku belum merasakan hal itu saat ini, malah aku berpikir bahwa
masa-masa SMA ku akan buruk di sekolah ini karena aku melihat teman-temanku
yang bersekolah di sekolah SMA swasta (mantan calon sekolahku) begitu senangnya
akan acara-acara yang diadakan disana, tapi aku tetap optimis dan positif
thinking bahwa aku juga akan bisa merasa bahagia dengan segala teman-teman
baruku disini meskipun suasana yang aku rasakan hingga saat ini masih belum
bisa sebahagia dulu, tapi aku yakin bahwa nanti akan menjadi sangat indah, dan
hingga aku bisa meyakinkan kepada diriku bahwa aku ngga menyesal masuk sekolah
ini, karena sekolah negeri ini juga mengasyikan dan orang-orangnya pun
baik-baik, tidak seperti yang teman-teman lamaku bilang, karena mereka mungkin
berkata begitu karena belum mengenal orang-orang yang bersekolah di negeri. Dan
aku merasa senang bisa memiliki teman-teman baru seperti mereka.